Muslim Dunia Harus Bersatu Akhiri Penodaan Israel di Al-Aqsa
Islamedia.co - Ulama Indonesia yang menjadi Duta Al-Quds, Yakhsyallah Mansur mengatakan, seluruh Muslim di dunia harus bersatu dalam mengakhiri penodaan dan pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsha, Kota Al-Quds Palestina.
Dia memuji ketabahan dan perlawanan jamaah Muslim Palestina dalam menghadapi setiap pendudukan yang dilakukan Israel di tanah kelahirannya, khususnya di Masjid Al-Aqsha – situs tersuci ketiga bagi umat Islam dunia.
Dia mencontohkan, seorang pria Palestina yang menabrakkan mobilnya ke arah stasiun kereta api super cepat yang penuh sesak di lingkungan Syeikh Jarrah Al-Quds Timur, Rabu siang kemarin dan kemudian menyerang pemukim Israel di sana sebelum ditembak sampai meninggal oleh pasukan pendudukan Israel.
Yakhsyallah menilai, serangan tersebut, sebagai wujud nyata bentuk perlawanan dan penentangan terhadap kebijakan penjajah Israel.
“Serangan itu menunjukkan adanya perlawanan dengan penolakan tegas atas keberadaan penjajah Israel di wilayah Palestina,” tegas Yakhsyallah di Jakarta, Kamis (6/11) seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Serangan mobil tersebut datang tak lama setelah kekerasan meletus di Kota Al-Quds ketika polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsha dan menembaki jamaah Muslim sebelum mengizinkan pemukim ilegal Yahudi memasuki masjid.
Ketegangan meninggi di Al-Quds Timur sejak pemukim ilegal Yahudi menculik dan membunuh seorang anak Palestina dari Shuafat pada awal Juli lalu, demikian Middle East Monitor melaporkan.
Rabu lalu, pasukan Israel melarang beberapa anggota Palestina dan Arab-Israel terkemuka memasuki Al-Aqsha, termasuk seorang menteri Palestina dan dua anggota parlemen Israel (Knesset).
Situasi di kota Al-Quds menjadi lebih tegang ketika Israel menutup Al-Aqsha, Kamis lalu menyusul penembakan rabi ekstremis Yehuda Glick.
Pemerintah Israel membuka kembali Masjid, Jumat (31/10) setelah bentrokan terjadi dengan pengunjuk rasa Palestina, tapi melarang Muslimin berusia di bawah 50 tahun memasuki Al-Aqsha.
Israel menduduki Al-Quds Timur selama Perang Timur Tengah 1967. Israel kemudian menganeksasi kota suci pada tahun 1980, mengklaim dengan memproklamirkan diri sebagai ibukota negara Yahudi, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
September 2000, kunjungan ke kompleks Masjid Al-Aqsha oleh politisi Israel yang kontroversial Ariel Sharon memicu apa yang kemudian dikenal sebagai “Intifadhah Al-Aqsha,” pemberontakan rakyat melawan pendudukan Israel di mana ribuan warga Palestina tewas dalam aksi itu.
Pembina Aqsa Working Group (AWG) itu juga menyerukan pemerintah negara-negara Islam dapat melaksanakan tanggung jawabnya bersama-sama membela dan melindungi Masjid Al-Aqsha dari serangan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi dan upaya penghancuran kiblat pertama umat Islam itu.
Yakhsyallah Mansur juga Ketua Suffah Al-Quran Ibnu Mas’ud menegaskan peran ulama dalam memaksimalkan penyebarluasan informasi pentingnya kedudukan Al-Aqsha, melalui konferensi, khutbah-khutbah, hingga menjadikan kurikulum di setiap tingkat pendidikan bagi generasi mendatang. [gie/im/mina]
0 komentar :