Pengemban Dakwah, Penebar Semangat

16.53 Unknown 0 Comments

Menggambarkan Sosok Ustadz Rahmat Abdullah 




Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk dakwah ini. Aku rindu zaman ketika seorang ikhwan benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh dajwah di desa sebelah," tulis Ustadz Rahmat Abdullah dalam prosa lirisnya yang berjudul " Aku Rindu dengan Zaman Itu".
Sang Inspirator
Ustadz Rahmat Abdullah lahir di Jakarta pada 03 Juli 1953. Pada usia 11 tahun, beliau harus menapaki hidup tanpa asuhan sang ayah. karena saat itu beliau telah menjadi anak yatim. Sang ayah hanya mewariskan usaha percetakan sablon yang lalu beliau kelola bersama sang kakak dan adik.

Beliau bukan remaja cengeng, Walau harus bekerja keras. beliau tetap bersemangat meraih pendidika yang lebih tinggi. Awalnya, beliau masuk Sekolah Dasar Negeri. Kala itu, Beliau tiap pagi belajar membaca Al- Qur'an, baca tulis Arab, kajian aidah, akhlak dan fikih dengan metode baca kitab berbahasa Arab, menukil terjemah dan syarah dari sang guru. Siang harinya, belajar di Sekolah Dasar.

Setelah diselingni sejumlah pengalaman, Ustad Rahmat Abdullah melanjutkan ke MAdrasah Tsanawiyah(MTs) Asy-Syafi'iyah Jakarta. Di Madrasah ini beliau belajar Ushul fiqh, musthalah hadits, psikologi dan ilmu pendidikan. Kecuali itu, dia tetap belajar ilmu nahwu, sharaf dan balaghah. Tetapi, pelajaran yang paling beliau sukai adalah talaqqi. Biasanya talaqqi ini dilakukan langsung dengan para kyai serta bimbingan langsung dari sang Orator yang selalu memberikan inspirasi bagi Ust. Rahmat muda, yaitu K. H. Abdullah Syafi'i. Ustadz Rahmat mampu mengasah dirinya hingga bisa menjadi murid terbaik sekaligus kesayangan dari K. H. Abdullah Syafi'i.

 Disebuah ketika Ust. Rahmat Abdullah punya peluang studi ke Al Azhar Mesir. Tetapi, karena suatu hla, beliau tidak jadi berangkat. Meski begitu, hal tersebut tak menyurutkan beliau untuk terus belajar.

Sejak berkenalan dengan Syaikh dari Mesir, Beliau mulai senang melahap berbagai pemikiran islam lewar buku semisal karya Hasal Al-Banna, Sayyid Quthb dan Al Maududi. Juga dari tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokrominoto dan M. Natsir

Dalam perkembangannya. Ustadz Rahmat mulai merintis dakwah dengan mengajar di Ma'had Asy-Syafi'iyah dan Darul Muqorrobin, Karet Kuningan. Ditempat inilah belaai mengabdikan dirinya sebagai pendidik. Keseharian ini dia jalani bertahun-tahun dengan berjalan kaki dari Bali Maraman ke Karet Kuningan. Bahkan, untuk memberikan pelajaran tambahan berupa les pribadi pun dia lakukan dengan berjalan kaki masuk ke loring-lorong jalanan Jakarta hingga larut malam.

Singkat cerita, Pada 1993 bersama murid-muridnya beliau mengembangkan dunia pendidikan dan sosial dengan melahirkan Islamic Centre Iqro' di Pondok Gede Bekasi. Kesibukan beliau pun makin padat. Tetapi, kebiasaanya membaca, mengkaji Al Qur'an dan tafsirnya, Hadits dan syarahnya tetap berjalan. Begitupun kegiatannya mengisi pengajian diberbagai kantor, kampus, seta melayani berbagai macam konsultasi terus berlanjut.

Dengan motor tua beliau masuk kampung keluar kampung dan masuk kampus keluar kampus menabur fikrah Islamiyah yang shahih dan Syamil. Materi yang disampaikan disambut hangat oleh berbagai kalangan. Bakat beliau sangat beragam. Misal, luapan semangat hidup dan dakwahnya juga di tun=angkan lewat berbagai untaian syair serta tulisan yang beliau kirim ke berbagai media. Memang, sebagai penulis Ustadz Rahmat Abdullah aktif menulis buku dan mengisi rubrik dibeberapa majalah Islam.

Salah satu kutipan tulisan beliau : "Dulu,ulama memiliki tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Mereka saling menjaga jarak dengan kekuasaan. Namun, dalam urusan jihad, ulama dan penguasa jalan bergandengan. Kita lihat, Ibnu Taymiyah yang tak henti-hentinya mengoreksi penguasa. Namun, ketika penggilan jihad datang, mereka jalan beriringan. Tak ada dendam.Inilah sistem yang terbangun. Ulama memberi fatwa, komando ditangan Sultan. Keduanya menggerakkan perjuangan dengan lembut". 

Kiprah Ustadz Rahmat Abdullah dalan dunia dakwah dan pembinaan umat yang totalitas diakui banyak pihak. Para murid, pengikut, dan sebagian media Islam bahkan menyebutnya sebagai " Syaikhut Tarbiyah" SANG GURU Pendidik. Film bergenre dokumenter juga pernah dibuat untuk mengenang dan menggali Spirit Dakwah Beliau, yaitu berjudul " Sang Murabbi" tahun pada 2008 dan " Rindu Sang Murabbi" tahun pada 2015.

Sederhana dan Indah
Lelaki sederhana yang memiliki Ghirah  besar ini menghadap Allah dalam perjalanan ke RS Islam Jakarta, Cempaka Putih pada 14 Juni 2005, yang sebelumnya terserang stroke  ketika mengambil wudhu untuk shalat maghrib. Pada besoknya ribuan hadir untuk bergantian Shalat Jenazah dan mengantarkan Beliau ke tempat istirahat terakhirnya.
Inilah sebuah bukti pengakuan, hadirnya Beliau di Kerumunan Masyarakat yang memberikan Semangat Islami.
MasyaAllah, Indah Sekali.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’no:3289).

referensi :

  • dakwatuna
  • bio.or.id
  • jakarta.go.id
  • pksbengkalis.org
  • 50 pendakwah penggugah sejarah

0 komentar :